Welcome to my Blog

Welcome to my blog


hope you will like it ^_^

Please, Enjoy it!

Don't forget to click the like button and comment!

happy reading ^_-


Sabtu, 27 November 2010

Pembunuhan Berlandaskan Dendam

Wajahnya memerah, keringat mengalir di pelipis pria yang wajah nya terpampang di mana-mana. Sorak sorai para penggemar mengantarnya ke dalam mobil hitamnya yang selalu siap mengantarnya kemanapun ia pergi. Diantara keramaian itu, ada sepasang mata mengintai dibalik pintu gedung.
Pria Misterius : “aku harus benar-benar melenyapkan ia secepatnya!” (batinnya dalam hati)

Dengan segera ia mengambil ponselnya dan menelpon sesosok wanita.
Pria Misterius: “bergabunglah denganku. Temui aku di café. Seberang jalan Otista. Bayaran menarik, dengan kepuasan hati akan menjadi milikmu”
Wanita :” mmm,,, baiklah! Aku segera kesana.”
Pria misterius :”bagus! Tunggu aku di meja nomor 3”
Wanita :”baik”



Wajah Ben Clifford,seorang superstar tersohor yang satu ini terliihat kesal. Sudah beberapa kali ia bersungut-sungut tak jelas. Terlalu lama berada di tengah-tengah keramaian yang tak beraturan membuatnya bosan. Tak lama kemudian,ponsel nya berdering. Seketika wajahnya tersenyum berseri.
Sheila : “hey…Ben! Lagi sibuk gak nih?”
Ben : “Mmm…. Gak deh… emang kenapa?”
Sheila : “Good! Kumpul di tempat biasa ya Ben! Don’t late okay?”
Ben : “Iya,iya… bawel amat sih lo…(dengan muka kesal) meja nomor berapa?”
Sheila : “lah! Kok sewot sih? Meja nomor…(berfikir) oh! No 6 aja ya…langsung gw booking.”
Ben : “Ok, gw langsung cabut deh”
Sheila : “Siip! Bye! See you soon!”
Ben : (menutup telepon)


Sementara itu di meja nomor 3…
Pria misterius : “silahkan duduk nona”
Wanita : “ada apa? Siapa anda? Dan untuk apa anda meminta saya kesini?”
Pria misterius : “Jessica,nama mu bukan? Wanita yang mempunyai dendam terhadap seorang penulis bernama Meisya. Bukan begitu?”
Wanita : “Ya,memang namaku Jessi. Darimana anda tau nama saya? Dan… apa urusan anda tentang dendam itu?”
Pria Misterius : “nona Jessi. Persilahkan saya memperkenalkan diri.”
Wanita : “Silahkan...”
Pria misterius : “Baik…. Perkenalkan Duke Thow. Saya mengetahui semua tentang anda dari orang-orang terdekat anda. Tujuan saya, akan menjadi tugasmu.”
Jessica : “Tugas? Jelaskan!”
Duke : “Menyamarlah menjadi seorang pelayan disini sekarang juga. Amati gerak-gerik Ben dan 3 sahabatnya. Dari data café ini, mereka akan berada di meja nomor 6. Awasi dan amati. Jika lengah, lenyapkan dia! Ingat! Jangan sampai ada satu orangpun yang tau!”
Jessica : “Ia? Siapa yang anda maksud dengan ia?”
Duke : “Ben. Ben Clifford, artis tersohor di Negara ini.”
Jessica : “Mengapa Ben?”
Duke : “Mengapa harus Ben? Sekarang, apakah anda tau pekerjaan saya?”
Jessica : “Mmm…(mengangguk) anda sama seperti Ben. Seorang artis. Lalu? Pekerjaan anda tidak berbeda dengannya.”
Duke : “Lalu? Tidakkah kamu perhatikan reputasi antara aku dan dia?”(nada meninggi)
Jessica : “Baik! Saya mengerti… Apa tawaranmu?”
Duke : “Seperti yang sudah kukatakan, aku akan membayarmu dengan harga tinggi. Ditambah lagi, kepuasan hati mu. Karna telah membalaskan dendam mu pada Meisya. So,will you join with me?”
Jessica : “okay…”
Duke : “good! Sekarang lakukan tugasmu! Aku akan mengintaimu dari sini. Layani mereka dan jangan lupa! Jebak semuanya,terutama Ben!”
Jessica : “Baik!”


Dengan berakhirnya perbincangan mereka, kontrak mereka dimulai. Jessica langsung menyesuaikan dengan pelayan di café. Tak lama kemudian, terdengar suara wanita memanggilnya. Panggilan itu berasal dari meja nomor 6. Jessica pun menghampiri mereka, dan langsung melayani mereka.
Jessica : “Ya nona? Ada yang bisa saya bantu?”
Sheila : “ Ya! Pesen lime squashnya satu,sama rainbow sparknya satu ya.”
Jessica : “Baik. Ada lagi?”
Sheila : “Mmm… coffe late sama cappuccino floatnya satu deh!”
Jessica : “Baik. Ditunggu sebentar untuk minumannya ya”
Tom : “hey! Banyak amat? Buat siapa?”
Sheila : “Meisya ama Ben”


Sembari pergi memberikan pesanan, Jessica menguping pembicaraan Sheila dan seorang pria bernama Tom. Tom adalah seorang arsitek handal yang namanya sudah dikenal dimana-mana. Sheila adalah seorang designer sekaligus dokter. Namanya lebih dikenal lewat design bajunya yang bagus, dan butiknya yang sukses dan tersebar dimana-mana. Sedangkan Meisya seorang lulusan dokter yang menjadi penulis. Ia lebih menyukai menulis. Ketika tidak ada kerjaan ia sesekali datang ke klinik Sheila sebagai dokter relawan.
Tom : “Eh! Si Ben ama Meisya mana nih? Lama amat perasaan.”
Sheila : “yah! Biasalah! Orang sibuk! Lo kayak gak tau mereka berdua gimana sih…”
Tom : “Ia ya… Semenjak sukses, mereka berdua jadi sering telat kalo disuruh ngumpul. Apalagi si Ben…”
Sheila : “Yap! Lo bener! Eh! Tuh si Ben ten….”
Ben : “hy Guys! I’m sorry I’m come late.”
Tom : “Iya,tau orang sibuk kan?”
Ben : “Hahahhaaha…. Iya… eh kok ada yang kurang? Si Meisya mana?”
Meisya : “I’m here”
Sheila : “Fine, all are here. Let’s having fun then.”
Jessica : “Permisi, ini minumannya”
Ben : “makasih mbak”
Jessica : “iya sama-sama. Ben.”
Meisya : “eh tuh pelayan kenapa aneh banget? Genit amat sama si ben? Pake nyebutin nama ben lagi. Baru sadar ya kalo ben itu artis?”
Sheila : “Hahahahaha… gak tau deh!”
Setelah 1 jam ngobrol bareng, ben berniat membayar. Namun, tom mencegah.
Ben : “gw bayar dlu ya. Hari ini gw yang bayar”
Tom : “Aduh! Gw punya feeling gak enak deh! Cewek-cewek aja deh yang bayar! Lo gausah deh Ben! Disini aja!”
Meisya : “nah lo! Emang lo punya feeling gimana?”
Tom : “ya, gw punya firasat ben bakal dijebak”
Sheila : “yaudah lo tenangin diri lo dulu deh tom. Ben lo disini aja!”
Ben : “aduh! Tenang aja kali… gw gak bakal kenapa-kenapa kok! Gw buktiin ya!”
Meisya : “bodoh! Kita udah sering liat apa yang tom liat tu bener! Itu namanya lo cari mati!”
Ben : “tapi kan slama ini slalu meleset juga. Udah lah! Gak akan apa-apa. Gw janji sama kalian.”
Meisya : “ben!”
Tom : “gak apa-apa kok sya. Ben bener juga.”
Tak jauh dari situ, Jessica memaksa berada di meja kasir setelah mendapat tanda dari Duke yang sedari tadi masih di mejanya yang semula. Jessica Mmnunggu ben datang.
Ben : “meja nomor 6”
Jessica : “semuanya Rp.120.000 ben..”
Ben : “here you are”
Jessica : “thank you for coming ben. Sering-sering dateng dong kesini. Nih kembaliannya.” (menyelipkan secarik kertas)
Ben : “tunggu aku di seberang jalan fortland?” (membaca)
Jessica : “ya,tunggu aku disana jam 7 malam.”
Ben : “Mmm…ngapain? Bisa gak ya?”
Jessica : “Kalo mau tau,kamu harus dateng. Inget ya! harus!”
Ben : “ya..liat aja nanti…”
Ben berlalu dari meja kasir. Pergi meninggalkan Jessica dengan heran dan bimbang.
Meisya : “Ben!”
Sheila : “so?”
Ben : “I’m okay friends! Look at me!”
Tom : “well ben bener!”
Meisya : “belum tentu! Bisa aja ini semua belum. Biasanya feeling si Tom bakal berlaku buat hari selanjutnya. Gw pikir lo harus hati-hati deh ben! Terutama sama pelayan yang itu!” (menunjuk Jessica)
Sheila : “emang kenapa?”
Ben : “iya! Tuh pelayan kenapa?”
Meisya : “dari awal gw liat dy ada yang gak beres. Gw serasa tau dia. Tapi gw gak tau siapa.”
Tom : “Meisya bener! Dari awal dia ada, gerak-geriknya aneh. Dan makin aneh lagi ketika lo dateng. Gw minta lo protect deh sama diri lo! Sekalipun lo punya bodyguard”
Ben : “Iya deh, iya… yaudah kita pulang yuk!”



Malam menunjukkan taburan bintang dan hangatnya pancaran sinar bulan. Jam menunjukkan angka 7 di daerah setempat. Meisya dan Sheila berencana pergi berjalan-jalan di kota. Sedangkan Tom menghadiri acara peresmian supermarket terbaru hasil kerjanya. Lain halnya dengan Ben. Karena merasa penasaran dan sedang tidak ada pekerjaan. Ia memutuskan untuk menemui Jessica di seberang jalan Fortland. Ben sempat bingung. Namun ia mengira itu hanya tipuan si pelayan. Ketika ben akan berbalik pulang, Jessica mencegatnya. Permainan pun dimulai.
Jessica : “kenapa buru-buru? Ayo! Aku ingin menunjukkanmu sebuah tempat.”
Ben : “kukira kamu tak datang. Memangnya, ada apa denganku? Ada yang salah?m dan.. menunjukkan apa?”
Jessica : “tidak. Aku hanya tertarik denganmu. Karena itu aku ingin menunjukkan tempat ini padamu”
Ben : “apa aku mengenalmu?”
Tiba-tiba Jessica semakin mendekatkan dirinya ke Ben. Ben mulai tak tenang. Jessica hanya diam tersenyum.
Ben : “apa yang mau kamu lakukan?”
Jessica : “hahhaa apa aku mengenalmu? Apa yang ingin aku lakukan padamu? Pertanyaan bodoh! Aku teman Meisya. Sedari dulu meisya selalu mendapatkan apa yang aku mau! Termasuk dirimu! Tapi, maaf sekali,aku sudah tidak tertarik pdamu. (Ben meronta-ronta) Terlalu lama kalian berdua menyakiti hati aku seperti selama ini. Masih ingat aku Jessica teman SMA Meisya? Pastinya kau ingat bukan? Kali ini aku akan balas dendam. Dan… oops! Maaf…(tersenyum sambil menusukkan pisau ke badan Ben) aku ingin sekali membunuh mu.. hahahhaaa”
Ben : “ke..kenapa… ha..harus membunuhku…a..aku…sudah ti..idak bersamanya lagi…”
Tak jauh dari tempat kejadian, Meisya dan Sheila tidak sengaja melihat kejadian itu. Awalnya Meisya mendengar suara orang meminta tolong. Lalu ketika ditelusuri,ternyata ben sudah tidak berdaya dan tergeletak di tanah. Suara yang hampir hilang itu terdengar miris. Melihat tubuh Ben tergeletak, Meisya terdiam. Tidak tau harus berbuat apa. Sheila yang tidak percaya langsung mengejar perempuan yang melakukan semua ini.
Sheila : “hey! Wanita! Kemari kamu! Tega-teganya kamu membunuh ben! Awas kamu liat saja kamu!”
Meisya : “Sheila! Darah nya terus mengucur… gimana nih? Kita langsung bawa ke rumah sakit aja ya…”
Sheila : “iya..iya… aku telepon langsung.”
Tanpa mereka sadari, tiba-tiba ada seorang pria yang datang dan ingin ikut membantu.
Jones : “maaf ada apa ini?”
Meisya : “mm.. teman saya dibunuh oleh seorang wanita. Saya tidak tahu siapa. Pelakunya kabur. Dan.. teman saya mengalami pendarahan hebat..”
Jones : “kalau begitu mari saya bantu. Saya antar kerumah sakit sekarang juga. Mari ”
Jones membawa Meisya dan Sheila ke rumah sakit untuk menolong nyawa Ben yang sudah tidak sadarkan diri. Dengan segera,para suster membawa Ben ke ruang UGD. Seketika Sheila ingat Tom belum tahu. Ketika Sheila akan menelpon,tiba-tiba Tom berlari menuju bagian administrasi. Seperti menanyakan sesuatu. Tiba-tiba ia terhenti melihat Meisya dan Jones berbincang. Ia menghampiri Meisya dan bertanya.
Tom : “Meisya? Ada apa? Kenapa kamu bisa ada disini?”
Meisya : “itu.. mmm.. si..”
Sheila : “Tom? Lo kok bsa ada disini sih?”
Tom : “eh? Lo disini juga? Lo semua pada ngapain disini. Feeling gw udah mulai gak enak nih! Mana Ben?”
Meisya : “justru itu yang mau kita omongin. Mmm… Ben.. dia..”
Tom : “Tunggu-tunggu! Jangan bilang,kalo kalian semua disini nunggu Ben?”
Sheila : “Well,sorry. Tapi itu kenyataannya.”
Tom : “Hah? Sekarang dia dimana?”
Meisya : “UGD”
Jones : “yaudahlah mending kita semua berdoa dia gak apa-apa.”
Tom : “iya deh”
Merekapun akhirnya menunggu hingga Ben akhirnya keluar dari ruang UGD. Namun suster bilang bahwa Ben masih tidak sadarkan diri. Dan kemungkinan besar ia koma. Ben dipindahkan ke ruang rawat inap. Meisya,Sheila,Tom dan Jones pasrah.
Sudah 3 hari Ben koma. Belum ada tanda-tanda bahwa ia sadar. Sambil menunggu Ben sadar, Jones menyuruh Meisya dan Sheila pergi untuk sarapan. Jones dan Tom menunggu di ruangan. Ketika itu,Tom sedang ke wc di dalam kamar. Jones duduk dekat pintu. Tiba-tiba Ben mengigau. Ia meneriakkan nama Jessica.
Ben : “Jessica. Jangan! Jangan! Pergi kamu! Biarkan mereka hidup tenang! Jangan pernah ganggu mereka! Pergi! Ambil nyawaku! Akan kubalas kamu Jessica! Tunggu pembalasanku!”
Saking kagetnya jones dan Tom langsung menenangkan Ben. Setelah 5 menit Ben tenang. Tetapi kali ini lain. Jantungnya berhenti berdetak. Tangannya mendadak dingin. Alat pendeteksi detak jantung menunjukkan garis lurus. Segera dokter dan suster berlari masuk. Ben,ia meninggal.


Suasana di kediaman Ben terlihat ramai. Bendera kuning menggantung di sekitar rumahnya. Orang-orang berdatangan menggunakan pakaian serba hitam. Mobil jenazah terparkir di halaman rumahnya. Meisya,Sheila,Tom dan Jones terlihat sibuk membantu orang tua Ben. Banyak sekali pers yang datang dari sana-sini. Mereka menanyakan hal-hal tentang kematian Ben. Mereka berempat menjawab pertanyaan itu seperlunya dan lebih banyak diam.



Setelah pemakaman selesai, Tom,Jones,Sheila dan Meisya pamit pulang. Karna kebetulan sedang cuti. Mereka berempat mampir ke rumah Jones. Jones banyak menghibur Meisya dan Sheila yang terlihat sangat terpukul atas kematian Ben. Jones adalah seorang detektif rahasia. Ia memenuhi permintaan kliennya secara sembunyi-sembunyi. Terlihat sekali ia sangat teliti dalam menyimpan barang-barang rahasianya. Tom,Sheila dan Meisya menemukan teman baru. Walaupun posisi Ben yang tidak dapat tergantikan.
Sheila : “Well. Gw terpukul banget. Kenapa cewek gila itu harus bunuh Ben? Apa salah Ben coba?”
Jones : “Aku gak tau apa-apa soal itu. Tapi aku mau nanya, diantara kalian ada yang mengenal Jessica?”
Meisya : “Jessica? Kalau tidak salah ia teman SMA ku. Memang ada apa/ adakah hubungannya dengan kematian Ben?”
Jones : “5 menit sebelum Ben meninggal, ia sempat mengigau. Ia meneriakkan nama Jessica. Ia berusaha menahan sesuatu.”
Tom : “Mei! Jessica. Bisa aja Jessica pelakunya.”
Meisya : “gak mungkin! Kalopun mungkin dya pasti gak pake bunuh gitu”
Jones : “Well. Kayaknya kita bener-bener harus menyelidiki Jessica”
Sheila : “tapi kita harus mulai darimana?”
Jones : “Waktu menolong Ben aku menemukan kunci ini.”
Meisya : “i.. itu.. kunci loker Ben di gedung pementasan kan? Ya! Benar! Gak salah lagi!”
Tom : “berarti biang keroknya bukan sekedar orang biasa melainkan seotrang artist juga?”
Jones : “bisa jadi”
Sheila : “kalau begitu kita harus gimana?”
Jones : “cari dulu Jessica”
Siang ini sangat terik. Panas matahari sangat menyengat. Jessica berjalan ke sebuah pusat perbelanjaan. Ia tidak menyadari siang itu ia diikuti oleh Jones. Setelah jones mengetahui semua data Jessica, Jones mencoba mengobrak-abrik apartment Jessica. Jones menemukan sebuah catatan kecil, dan sebuah kartu telepon. Ia juga menemukan foto Meisya,Ben,Sheila dan Tom yang sudah lusuh dan di corat-coret. Setelah merasa cukup jones meminta Meisya,Sheila, dan Tom berkumpul.

Jones : “aku punya bukti yang mungkin bisa kalian kenal.”
Meisya : “bukti apa?”
Jones : “aku menemukan sebuah catatan kecil, dan sebuah kartu telepon, juga menemukan foto kalian bersama Ben yang sudah lusuh dan di corat-coret.”
Sheila : “tidak salah lagi ini dia.”
Tom : “tapi firasatku mengatakan masih ada orang lain yang terlibat”
Jones : “kenapa tidak mencoba cek kartu teleponnya saja?”
Meisya : “kebetulan,coba saja menggunakan ini. Aku sedang tidak memakai hp nya”
Jones : “lihat! Ada no tidak terdaftar di kontaknya. Apakah kalian tau nomor ini?”
Tom : “yang satunya kalau tidak salah seorang artis bernama duke. Ben pernah meminjam hp ku untuk menelfonnya.”
Sheila : “tidak salah lagi ini Duke”
Jones : “ada pesan masuk”
Meisya : “bacakan isinya”

Jones : “cepat!kita kesana sekarang!”
Meisya : “tak salah lagi! Ini sudah
Pasti Duke”
Sheila : “aku akan menelfon polisi”
Jones : “bagus! Cepat!”

Setelah memilih tempat yang strategis, mereka berempat menguoing pembicaraan Duke dan Jessica.
Duke : “Jessica, Jessi. Apa kabar? Saya puas dengan hasil kerja anda. Sangat. Sangat bamgga.”
Jessica : “terimakasih. Tapi saya buru-buru.”
Duke : “baik! Ini ceknya. Selanjutnya kamu urus sendiri.”
Jessica : “iya,trimakasih. Kalau begitu,saya permisi.”
Duke : “Ya… aku juga.”
Tanpa mereka sadari. Polisi sudah menunggu di halaman depan café. Dengan sehera,polisi menangkap Duke dan Jessica. Mereka meronta, tapi apa daya. Polisi sudah menemukan bukti yang kuat. Semua bukti itu didapat dari jones. Akhirnya mereka dinyatakan bersalah dan akan dipenjara selama 2 tahun.

Meisya masih belum bisa menerima jika Jessica yang ternyata tega membunuh Ben. Meisya meminta Sheila untuk menemaninya bicara kepada Jessica maupun Duke. Sesampainya di kantor polisi,Meisya diberiwaktu 15 menit untuk berbicara dengan mereka.
Meisya : “kenapa kalian tega membunuh Ben? Adakah kesalahan Ben yang belum bisa kalian terima?”
Duke : “tidak. Aku sadari ia slalu baik padaku. Namun, dia selalu saja lebih tenar. Reputasi ketenaran ku hancur gara-gara dia. Aku benci dia.”
Sheila : “tapi bukankah popularitas ditentukan oleh masyarakat?”
Duke : “memang. Tapi pasti ada sebab akibat sehingga ia bisa lebih popular dari ku. Sedangkan,ia tergolong artist yang masih junior dari pada aku.”
Meisya : “lalu mengapa kamu harus menggunakan Jessica untuk membunuh Ben?”
Duke : “karena aku tau Jessica punya dendam terhadapmu Meisya”
Sheila : “Apa? Bukankah kalia berdua teman SMA?”
Jessica : “aku benci padamu Meisya. Sangat benci! Kenapa harus selalu dirimu yang menang. Apapun yang kau inginkan, itu akan menjadi milikmu. Sedangkan aku? Hanya bisa menatapmu dengan iri. Lihat saja. Aku ingin menjadi dokter. Tetapi pekerjaanku hanya seorang sales promotion. Kau tenar, aku terpuruk. Dan 1 hal yang paling aku inginkan!”
Meisya : “apa itu?”
Jessica : “Ben!”
Meisya : “kalau memang kau menginginkan dia,mengapa kau tega membunuhnya?”
Jessica : “karena kalian semua termasuk Ben, sudah menyakiti hatiku. kalian pamerkan semua kesuksesan kalian tanpa pikir aku disini. Setidaknya, aku sudah membalas dendamku kan? Ben meninggal,kalian semua sedih? Ya..sepadan. rasa sakitku dibayar dengan nyawa sahabat kalian.”
Sheila : “benar-benar licik kamu! Kamu lebih pantas mati! Daripada hidup seperti itu!”
Meisya : “jika kamu punya hati, setidaknya kamu akan bisa memaafkan kami. Tapi hatimu sudah busuk! Pantas saja Ben tidak pernah memihakmu. Kamy memang wanita kejam!”
Jessica : “diam kamu! Jaga mulut kalian ya!”
Meisya : “kamu pantas mendapatkan ini semua! Bahkan seharusnya lebih dari ini Jess! ”
Meisya dan Sheila pergi meninggalkan Jessica yang terlihat emosi. Mereka kembali ke tahanannya masing-masing.
Hidup 3 sahabat ini terasa sepi tanpa Ben. Biasanya ada Ben yang slalu datang telat maupun membuat ricuh. Tetapi,kini tinggal kenangan saja. Hidup harus terus berlanjut, dengan atau tanpa Ben. Mereka bertiga hidup menjalani aktivitas seperti biasa. Mereka menemukan teman baru.,Jones. Setidaknya Jones bisa menjadi pengisi kekosongan diantara mereka. Akhirnya mereka kembali menjalani aktivitas normal,dan hidup tentram.

“ Bila ada pertemuan, pasti ada perpisahan
Bila ada kelahrian, pasti ada kematian
Bila ada kebbahagiaan, pasti ada kesedihan”
“Setelah hujan deras, akan datang Pelangi”


The End
Kelompok 3
Pemeran
Ben : M. Fadel
Tom : Fikri Sutomo
Sheila : Deshinta Septi L.
Meisya : Salma Yunisa V. P.
Jones : Rafly
Jessica : Annisa Dhea V.
Duke : Hilmi P.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice Drama :)