You
Are Love
PRANGGG!!!
“Keluar! Neo jinjja... Nappeun neom!”
“....”
“Ppali ka!”
BRUKK!!
Suara banting pintu itu seperti menandakan berakhirnya
perang dirumah tersebut. Rumah yang tadinya sangat rapi dan bersih itu kini
sudah berantakan. Kertas, foto, buku, bahkan gelas yang baru saja pecah itu
masih berserakan dilantai. Sekali lagi, yeoja itu berjongkok dan berusaha
membersihkan pecahan beling tersebut, namun pecahannya terlalu kecil hingga
melukai tangannya yang halus tersebut. Kini darah sudah memenuhi sekitar telapak tangannya. Yeoja tersebut
terduduk sambil memeluk lututnya dan untuk kesekian kalinya di pagi hari ini ia
menangis. Kali ini tubuhnya bergetar hebat, air matanya sudah membasahi
lututnya. Ia terisak keras hingga tangisannya bisa didengar namja yang masih
berdiri di depan pintu rumahnya.
*namja’s POV*
“Mianhae... jeongmal...”
aku tertunduk didepan pintu rumahnya. Apalagi yang bisa kulakukan
sekarang? Baru saja ia bilang ia membenciku dengan alasan yang bagiku bukan
salahku. Apa yang baru saja ia katakan sangat menyakiti hatiku sebagai
laki-laki. Dan kini, ia menangis sangat keras. Bisa kurasakan betapa ia merasa
sakit hati. Eottokhajji?
Aku melangkahkan kakiku menjauh dari depan rumahnya setelah
beberapa lama aku mendengar tangisannya. Aku tidak bisa berdiri lebih lama
disana mendengar tangisannya. Aku harus segera menyelesaikan ini semua
secepatnya. Harus!
*POV end*
Namja bertubuh tegap itu masuk ke apartmentnya dan
membanting ponsel, dompet beserta map yang dibawanya. Ia membuka kancing bajunya
dan melempar kemeja tersebut ke sembarang tempat yang membuatnya kini half
naked. Ia membuka ikat pinggangnya dan melemparnya ke atas sofa. Ia berjalan
menuju pantry dan mengambil sebotol wine dari kulkasnya. Tanpa menunggu lama,
ia langsung meneguk wine tersebut kasar sehingga winenya ada yang jatuh ke
sudut bibirnya dan mengalir ke leher hingga dadanya yang bidang.
“Sudah pulang rupanya...” terdengar suara yeoja dari dalam
kamar. Namja itu terperanjat dan mukanya berubah lebih muram dari sebelumnya.
Yeoja itu kini sudah berada di samping namja itu dan kini ia sedang
membersihkan wine disudut bibir namja tersebut dengan tangan kirinya sambil
tersenyum.
“Minggir!” namja itu menepis tangan yeoja tersebut dan
meninggalkannya. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa panjangnya.
“Tidak bisakah kau bersikap baik padaku? Aku ini wanita..”
ujar wanita tersebut sambil menghampiri namja yang sekarang ada didepannya.
“Bisakah kau tidak memasuki rumah orang lain semaumu? Ini
rumahku! Pergi!”
“Shirro!” muka yeoja
tersebut berubah masam.
“Neo jinjja!”
“Wae? Aku ingin bersama dengan namja yang sebentar lagi akan
menjadi suamiku! Tidak bisakah aku memasuki apartementnya? Kau ini kenapa sih?
Sudah 2 minggu ini kau sangat kasar padaku!”
“Geureom mwo?” tanya namja itu santai sambil meneguk winenya
lagi.
“Ya! Sebentar lagi aku akan menjadi istrimu! Apa kau akan
tetap bersikap seperti ini hah? Bukankah kau yang bilang ingin menikahiku? Tapi
semenjak aku bilang kita akan menikah kau mulai kasar dan sekarang tingkahmu
semakin menjadi-jadi!”
“Lalu apa?! Pada akhirnya kita tetap akan menikah bukan?!
Sekarang pergi dari rumahku!” bentak namja tersebut kepada wanita yang sekarang
matanya sudah basah.
Yeoja tersebut berdiri dan langsung mendekati namja yang ia
cintai. Ia mendorong namjanya kesofa dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah
namjanya.
PLAKKKK!
Sebuah tamparan kecil mendarat di pipi mungil yeoja
tersebut. Ia begitu terkejut dan langsung duduk terdiam disamping namjanya.
Matanya kini benar-benar basah. Ia menangis sambil terdiam tak percaya. Matanya
mulai menatap namja didepannya.
“oppa...” ucapnya lirih disela isak tangisnya.
“Ji Kyung ah jangan coba coba melakukan apa yang seharusnya
tidak kita lakukan sebelum menikah!”
“Aku hanya ingin meciummu! Ini hanya sebuah ciuman oppa!
Ciuman!”
“Hanya katamu? Aku ini lelaki, aku bisa berbuat lebih jika
aku mau!”
“Aku rela! Aku rela bila oppa yang melakukannya padaku! Pada
akhirnya kita akan menikah bukan? Asalkan aku menjadi milikmu, Kim tae jun!”
*Tae jun’s POV*
“Aku rela! Aku rela bila oppa yang melakukannya padaku! Pada
akhirnya kita akan menikah bukan? Asalkan aku menjadi milikmu, Kim tae jun!”
Kata-kata itu, benar benar membuatku frustasi. Aku tidak
mungkin menciumnya. Aku tidak bisa mencium yeoja yang tidak aku cintai.
“Bodoh...” hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
Aku tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Sudah lama aku menantikan
pernikahan ini. Dengan semua jerih payahku, aku tidak mungkin berhenti hanya
karna hal sepel seperti ini. Aku harus pertahankan kerja kerasku selama ini.
“Oppa, jika kau benar-benar mencintaiku, jika kau
benar-benar menginginkan pernikahan ini, buktikan padaku. Hanya sekali saja.
Jika oppa mau mundur, aku bisa membatalkan semua diantara kita sekarang juga.”
Ji kyung benar-benar berfikir tentang ciuman itu. Apa yang harus aku lakukan?
“Aku tidak bisa” ucapku dingin. Aku masuk ke kamarku
mengambil tasnya yang tergantung disamping lemari. Aku mendekatinya juga
menarik lengannya kedepan pintu apartementku. “Ayo kuantar kau pulang. Appamu
pasti khawatir”
“Oppa benar-benar tidak ingin menikah denganku ya?” tanyanya
sedih setelah ia menepis tanganku. Matanya membulat dengan ekspresi sedih
diwajahnya. Ia menatapku lekat seakan menunggu jawaban. Aku menghela nafasku
dalam-dalam. Chae rin ah, mianhae.
Aku maju selangkah agar bisa lebih dekat dengannya. Aku
memegang bahunya dan menariknya dalam pelukanku. Kali ini, pertama kali selama
3 bulan masa pacaran kami, aku memeluknya walaupun dengan berat hati.
“Aku sangat menginginkanmu berada dipelaminan bersamaku”
ucapku berbohong. Ji kyung memelukku
erat, menghilangkan jarak antara kami berdua. “Buktikan padaku,oppa...” ia
melepas pelukannya dariku. Ia menatapku seakan meminta penegasan.
Kutarik dalam dalam nafasku dan menghelanya. Kudorong pelan
tubuhnya ke tembok. Tangan kananku menekan dinding sedangkan tangan kiriku
sudah berada dipipinya yang merah merona. Ku pejamkan mataku dan CUP aku
menciumnya. Bibir kami bersentuhan selama beberapa detik. Tidak ada yang
terjadi lagi. Hanya bersentuhan. Sepertinya bukan ciuman seperti ini yang ia
maksud. Bisa kurasakan ia menghela nafasnya pelan. Aku melepas ciuman itu dan
menatapnya.
“Gomawo, aku rasa ini sedikit mengembalikan kepercayaanku
pada calon suamiku” ujarnya tertunduk. Aku tahu betul apa yang ia maksud. Aku
sudah cukup melewati batasku. Aku harus segera mengirimnya pulang atau aku akan
terkekang dirumahku sendiri karna wanita ini.
*POV end*
“Masuklah...” ucap tae jun dari dalam mobilnya.
“ne... gomawo sudah mengantarku oppa...” ucap Ji kyung
sebelum ia turun dan berdiri di depan pintu rumahnya. Ia melambaikan tangannya
sambil tersenyum lembut. Tae jun melambaikan tangannya lalu langsung melajukan
mobilnya.
Ia kemudikan mobilnya cepat hingga akhirnya melambat didepan
sebuah rumah. Rumah yang baru saja pagi tadi ia datangi. Dulu ini rumah kedua
baginya, setidaknya sebelum pertengkaran yang terjadi pagi tadi. Ia mematikan
mesin mobilnya dan turun menuju rumah tersebut. Baru beberapa langkah, ia
mendengar sebuah suara yang sangat familiar dikupingnya. Ia bersandar pada
tembok rumah tersebut dan menutup matanya. Lantuanan nyanyian dari pemilik
suara tersebut sangat menyakiti hatinya.
Even when I miss you
niga deo saenggag nado naneun gwaenchana
Even when I think of you more
naneun gwaenchanha naneun gwaenchanha
I am alright, I am alright, I am alright
niga haengboka damyeon nan
If only you are happy
Tanpa ia sadari air mata jatuh dari sudut matanya. Hatinya
begitu rapuh kali ini. Ia terduduk dan tertunduk.
“Chae rin ah... nan, haengbokhae anniya... jinja...” ucapnya
pelan sambil menghapus air matanya. Ia lalu berjalan ke taman depan rumah itu.
Ia berdiri tegap dan menatap lekat ke arah yeoja yang sedang bernyanyi di
balkon tersebut. Ia mengambil nafasnya dan berteriak kencang
“Chae rin ah! Ige Naya! Dengarkan aku! Nan, haengbokhae
anniya... jinja...”
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar